30 Desember 2007

Musyawarah Burung





Musyawarah “Cinta” Burung

“Cinta adalah sayap dan kepakan burung jiwa”

Burung-burung dari segala jenis berkumpul untuk bermusyawarah mencari raja. “ seperti kita ketahui tiada negeri di dunia ini yang tak memiliki raja” celoteh burung Humay dalam pementasan musyawarah burung teater el-Na’ma di Studio Kecil Taman Ismail Marzuki (TIM), Minggu, tanggal 23 . Pertunjukan teater musyawarah burung karya penyair sufistik Persia yaitu Fariduddin Attar mampu mengajak penonton untuk ikut dalam perjalanan mencari Tuhan.

Setelah melalui perdebatan yang panjang, terpilihlah hud-hud untuk memimpin perjalanan mencari raja. Untuk menempuh perjalanan ini para burung harus melewati tujuh buah lembah. Pertama, lembah pencarian yaitu para burung dihadang oleh makhluk yang mempunyi cambuk petir, lembah ini merupakan sebuah pilihan antara kehidupan duniawi dan akhirat. Kedua, lembah cinta dimana para burung dihadapkan dengan naga yang berapi-api, api dilambangkan sebagai semangat untuk menggapai cinta yang hakiki. Ketiga, lembah keinsyafan adalah jalan agar para burung memiliki tujuan masing-masing dalam menjalankan syariatnya. Keempat, lembah kebebasan dan kelepasan, lembah dimana para burung harus melepaskan nafsu, serta memiliki kebebasan dalam pikiran dan jiwa, namun dalam kebebasan tersebut para burung dihadapkan dengan keterbatasan, oleh karenanya harus berpengang kepada sesuatu yang pasti. Kelima, lembah keesaan murni sebuah lambang wujud, dimana dalam jagat raya ini hanya ada satu wujud yaitu wujud Tuhan. Keenam, lembah keheranan yaitu lembah yang lebih menitik beratkan kepada kebatinan untuk lebih mengenal dirinya sendiri. Ini merupakan sebuah eksistensi para burung dalam melakukan proses pencarian raja. Ketujuh, lembah keterampasan dan ketiadaan yakni para burung sudah tidak lagi menganggap dirinya ada atau tiada, karena mereka telah pasrah dengan keadaan, dan telah menyatu dengan sifat-sifat Tuhan.

Hanya dengan bermodalkan semangat cinta para burungpun akhrinya sampai pada tujuan yaitu raja Simurgh raja dari segala burung. Dalam menempuh perjalanan tidak semua burung selamat hanya beberapa burung sajalah yang dapat bertemu dengan Simurgh. Simurgh adalah wujud dari para burung tersebut, mereka meleburkan dirinya dengan penuh suka cita kedalam diri Simurgh.

Balutan artistik yang memukau, tata pencahayaan yang apik, serta didukung dengan alunan musik bernuansakan gambus turut mendukung pertunjukan teater el-Na’ma.

Pentas pertunjukan teater ini adalah upaya penyadaran masyarakat agar kembali merenungkan makna dan kekuatan maha daya cinta melalui proses pendektanan pada Tuhan.

0 komentar: